Kamis, 23 Desember 2010

Biarkan Tuhan Bekerja

Sebarkan Tulisan ini :
Tulisan ini dibuat oleh Ibu Siti Nurlaela, Dosen PWK yg saat ini sdg studi S3 di
Australia - Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Amin, JH

Terinspirasi oleh sebuah kisah berjudul “PUSH” : Pray Until Something Happened.
Dikisahkan seorang pemuda yang diberi amanah oleh Tuhan untuk mendorong sebuah batu sebesar gunung. Sepanjang hari setiap malam, pemuda tersebut berusaha, tetapi tidak seincipun batu berpindah. Dalam keputusasaan, dia berdoa. Tuhan menjawab doanya: Aku hanya perintahkan kamu untuk mendorong batu, bukan memindahkannya. Lihatlah hasil
usahamu. Badanmu lebih kuat. Jiwamu lebih sabar. Dan itulah tujuan dari perintahKu.
Seketika Tuhan memindahkan batu tersebut.

Seiring perjalanan kita di dunia, hidup tidaklah datar. Manusia menghadapi siklus kehidupan, seiring dengan itu, mengalami siklus ujian. Manusia lahir, tumbuh berkembang. Sejak bayi telah diuji oleh terpaan lingkungan, yang dengan instingnya yang masih bersih, Tuhan menjaga dengan caraNya agar dia survive. Manusia tumbuh berkembang.
Beranjak dewasa, mampu mengembangkan pemikiran dan menghidupkan akalnya, berlakulah ujian Tuhan yang lain, berupa kebebasan berkehendak. Dia menghadapi berbagai fenomena, Tuhan menaikkannya, menurunkan, menjatuhkan, mengangkat, seperti
roda yang berputar, seperti roller coaster, melambat dan melaju. Berlaku kebebasan berkehendak: pilihan untuk bersikap atas setiap fenomena. Pada fase-fase inilah, dia sedang dibentuk atau membentuk dirinya.

Fase kehidupan adalah arena perlombaan, perlombaan adalah ujian kehidupan, dan manusia sesungguhnya sedang “berlomba”: Dalam surat Al Waqiah: pada hari pembuktian, manusia terbagi ke dalam tiga golongan: golongan kiri yang sengsara, golongan kanan yang mulia, dan golongan yang didekatkan kepada Allah dan paling terdahulu masuk
surga. Seperti itulah akhir cerita penghidupan manusia kelak.. yang tercermin dari bagaimana dia menjalani penghidupan saat ini. Menyikapinya, kadang kita terjebak dengan logical fallacy: mengandalkan kemampuan diri sendiri: melupakan Tuhan.
Padahal, Tuhan Maha Tahu hakikat ciptaanNya. Tuhan lebih tahu kita daripada diri kita sendiri. Tuhan Maha Tahu batas kemampuan kita, karena itu “tidaklah kita diuji melainkan sebatas kemampuan”… Seorang anak sekolah yang tidak pernah lulus ujian, harus mengulang ujian yang sama… Batas ketika kita terbukti mampu adalah saat kita lulus ujian. Bentukan diri “yang tahan uji” “tahan banting” atau lemah, menyerah, dan akhirnya harus melewati ujian yang sama, terlalui dalam proses hidup.

Yah, kita sedang berlomba dalam ujian demi ujian yang bertubi. Bagaimana kita berusaha agar bisa menang. Apakah kita akan berjalan sendiri menuruti kehendak, dengan akal yang tertuntun oleh hikmah kehanifan – atau dengan akal yang terselimuti kebebasan hawa nafsu – atau malah sama sekali tidak mampu menggunakan akal karena
kuatnya hawa nafsu. Tuhan tidaklah “tidak memperhatikan”. Hanya…kesadaran manusia akan “campur tangan” Tuhan yang menentukan, apakah dia MEMILIH untuk berjalan sendiri, atau MEMILIH untuk menyerahkan pekerjaan berat di hadapannya kepada si yang
Empunya perintah. Jika kita dapat berkolaborasi dengan “juri” yang menilai kelulusan kita, alangkah mudahnya kita lulus ujian. Hakekatnya, saat kita MEMILIH berjalan bersama Tuhan, sesungguhnya kita sedang “berkolaborasi” dengan juri, “berkolusi” dengan yang mempunyai dan menciptakan scenario permainan. Maka demikian, kemenangan
kita adalah keniscayaan. Karena Tuhan Maha Tahu dan Lebih Tahu diri kita dari kita sendiri.

Seorang survivor yang berikhlas dan berpasrah pada Tuhan tidak akan berputus asa menghadapi arena perlombaan betapapun beratnya. Karena dia tahu, Tuhan Yang Maha Tahu akan berjalan bersamanya melewati semua. Dia tidak akan pernah berhenti berusaha dan tidak akan berhenti berdoa. Seperti kisah sang pemuda dalam usahanya
memindahkan batu sebesar gunung, dia mendorong batu, dan berdoa. Maka Keep in your PUSH (Pray until something happened) manakala kita memasuki arena.. dan Biarkan Tuhan Bekerja. “Dan ingatlah ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisiMu dan sempunakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami” (QS 18:10).

Siti Nurlaela

Tidak ada komentar:

Posting Komentar