Khutbah
Idul Adha 1433 H/2012 M
KURBANKAN ‘ISMAIL’MU
(Ketaatan
dan Pengorbanan untuk Tegaknya Syariah dan Khilafah)
اللهُ أكْبَرُ × 9
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً،
لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ وَلاَ نَعْبُدُ
إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ
الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ
الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْيَوْمَ
عِيْداً لِلْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحَّدَنَا بِعِيْدِهِ كَأُمَّةٍ وَاحِدَةٍ، مِنْ
غَيْرِ الأُمَم، وَنَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ إِحْسَانِهِ وَهُوَ ذُو الْجَلاَلِ
وَاْلإِكْراَمِ.
أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ
لاَشَرِيْكَ لَكَ، اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاء
وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاء وَتُعِزُّ مَن تَشَاء وَتُذِلُّ مَن تَشَاء
بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَشْهَدُ اَنَّ
مُحَمَّداً عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ.
الَلَّهُمَّ صَلِّ وَاُسَلِّمُ عَلَى حَبِيْبِناَ
المُصْطَفَى، الَّذِّي بَلَّغَ الرِّسَالَةْ، وَأَدَّى الأَمَانَةْ، وَنَصَحَ
الأُمَّةْ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ دَعاَ اِلَى اللهِ بِدَعْوَتِهِ،
وَجاَهَدَ فِيْ اللهِ حَقَّ جِهاَدِهِ.
اَمَّا بَعْدُ:
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ
المُتَّقُوْنَ!
Ma’ashiral muslimin rahimakumullah,
Alhamdulillâhi Rabbi al-âlamîn,
segala puji marilah kita panjatkan ke hadhirat Allah Swt, Tuhan semesta alam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada sayyidu
al-anbiyâ wa al-mursalîn, Rasulullah Muhammad Saw, beserta keluarga, para
shahabatnya, dan seluruh umatnya yang senantiasa menaati risalahnya, serta
berjuang tak kenal lelah untuk menerapkan dan menyebarluaskannya ke seluruh
pelosok dunia hingga akhir zaman.
Baru saja di tempat ini kita bersama-sama menggemakan pujian
atas kebesaran Allah SWT sehingga langit di sekitar kita bergemuruh dengan
suara takbir, tahlil dan tahmid. Bersama kita, lebih dari 1,5 milyar kaum
muslimin di seluruh dunia melakukan hal yang sama, bergerak, bertasbih,
bersujud dan bertakbir bersama. Sementara itu lebih dari 2 juta saudara kita
kaum muslimin lainnya saat ini berada di tanah suci. Di sana mereka tengah
menunaikan ibadah haji.
Ma’ashiral muslimin hafizhakumullah,
Secara fitri, manusia dikaruniai Allah Swt gharizah
an-nau’. Diantara perwujudannya berupa kecintaan pada ibu, bapak, anak dan
istri. Dengan naluri itu pula, secara fitri manusia akan terdorong untuk
melakukan mencari pasangan dan melahirkan keturunan. Itu pula yang terjadi pada
diri Nabiyullah Ibrahim as. Sebagai manusia, beliau juga menginginkan kehadiran
seorang anak. Meski usianya kian senja, Nabi Ibrahim as terus berdoa memohon
diberikan anak yang shalih. Allah Swt pun berkenan mengabulkan doa beliau.
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ
الصَّالِحِينَ (100) فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلاَمٍ حَلِيمٍ (101)
‘Ya Rabb, anugrahkanlah kepadaku [seorang anak] yang termasuk
orang shaleh’. Maka Kami beri kabar dia kabar gembira dengan seorang anak yang
amat sabar. (TQS ash-Shaffat [37]:
100-101)
Bagi Ibrahim as, Ismail adalah buah hati, harapan dan
kecintaannya, yang telah sangat lama didambakan. Ismail bak satu-satunya pohon
hijau yang tumbuh di kebun gersang milik seorang petani tua. Ismail
mendatangkan kebahagiaan dalam hidup Ibrahim. Ismail pun merasakan penuhnya
kasih sayang dan cinta ayahnya. Akan tetapi, di tengah rasa bahagia itu,
turunlah perintah Allah kepada Ibrahim untuk menyembelih putera kesayangannya
itu. Allah Swt berfirman:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ
السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ
فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى
“Maka tatkala anak itu telah sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: hai anakku, sesungguhnya Aku melihat
dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu” (TQS ash-Shaffat [37]: 102)
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ
لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ اللهُ أكْبَرُ، الله
أكبر وَللهِ الْحَمْدُ
Hadirin jamaah sekalian yang dirahmati Allah,
Menghadapi perintah itu, Ibrahim menghadapi dua pilihan:
mengikuti perasaan hatinya dengan ”menyelamatkan” Ismail atau menaati perintah
Allah dengan ”mengorbankan” putra kesayangannya. Buat Ibrahim, di hadapannya
terbentang dua pilihan, mengedepankan kecintaan yang tinggi (al-mahabbatul
ulya), yakni kecintaan kepada Allah atau lebih mengutamakan kecintaan yang
rendah (al-mahabbatul adna), yakni kecintaan kepada anak, harta,
dan dunia. Tetap menyadari anak yang dicintainya itu sebagai karunia Allah atau
malah menjadikannya sebagai أَنْدَداً ,
pesaing–pesaing Allah yang dicintai sama atau bahkan melebihi kecintaan kepada
Allah.
Sekarang, bayangkan ada sesuatu yang kita cintai, yang deminya
kita rela mengorbankan apa saja. Itulah “Ismail”-mu. “Ismail”-mu
adalah setiap sesuatu yang dapat melemahkan imanmu dan dapat menghalangi dirimu
menuju taat kepada Allah. Setiap sesuatu yang dapat membuat dirimu tidak
mendengarkan perintah Allah dan menyatakan kebenaran. “Ismail”-mu adalah
setiap sesuatu menghalangimu untuk melaksanakan kewajiban-kewajibanmu. Setiap
sesuatu yang menyebabkan engkau mengajukan alasan-alasan untuk menghindar dari
perintah Allah SWT.
Di dalam hidup ini kita harus mengidentifikasi dan menemukan apa
atau siapakah “Ismail” kita itu. Mungkin sekali “Ismail”-mu
adalah seorang manusia; bisa anak, istri, suami, orang tua atau siapa saja.
Bisa pula harta benda, pangkat, jabatan atau kedudukan. Bisa juga “Ismail”-mu
berupa ideologi dan pandangan hidup sekuler, seperti kapitalisme dan sosialisme
atau komunisme, dan ideologi lain yang tidak bersumber dari nilai-nilai tauhid.
“Ismail”-nya Ibrahim as adalah Ismail as, anaknya
sendiri, buah hatinya. Dan saat Ibrahim dihadapkan pilihan sulit itu, setan
dengan cepat memanfaatkan kesempatan. Dalam rupa seorang lelaki tua –seperti
riwayat Ibn Katsir dalam Tafsirnya dari Abu Hurairah ra- setan berusaha
menggoda Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Ismail agar mengabaikan perintah Allah
itu. Ibrahim yang tahu bahwa lelaki tua itu adalah setan, segera mengusirnya.
Ketegasan Ibrahim mengusir setan yang terus menggoda itulah
spirit yang semestinya diresapi oleh para jamaah haji saat melempar jumrah di
Mina yang melambangkan kebencian dan perlawanan terhadap pengaruh setan. Di
Mina jutaan jamaah haji telah menegaskan pendirian: menolak dominasi setan.
Sayangnya perlawanan terhadap setan itu seolah hanya terjadi di
Mina saja. Buktinya adalah fakta di Indonesia, negara yang paling banyak jumlah
jamaah hajinya, hingga kini tetap tegak ideologi dan sistem sekuler
kapitalisme, paling banyak korupsi dan bentuk kejahatan lain, yang itu
sebagiannya dilakukan oleh mereka yang sudah pernah berhaji. Sepulang dari haji
bukan hanya tidak meneruskan perlawanan terhadap setan, tapi telah menjadi
kawan atau malah hamba setan.
Perintah amat berat itu pun disambut dengan Ismail as dengan
penuh kesabaran. Dia pun mengukuhkan keteguhan jiwa ayahandanya dengan
mengatakan:
قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ
سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Wahai ayahanda, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu,
Insya’a Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (TQS ash-Shaffat [37]: 102)
Dan tepat ketika pisau tajam itu menyentuh kulit leher Ismail,
Allah dengan kekuasaan-Nya menggantinya dengan seekor domba.
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (103)
وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ (104) قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا
كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (105) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاَءُ الْمُبِينُ
(106) وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
”Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan
anaknya atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggil dia,
hai Ibrahim sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu
dengan seekor sembelihan yang besar” (TQS
ash- Shaffat [37]: 103 – 107)
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ لاَ
إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ
Ma’asiral muslimin rahimakumullah,
Inilah teladan yang diberikan oleh Ibrahim yang membawa semangat
tauhid. Inilah teladan seorang anak manusia yang menyadari posisinya sebagai
makhluq di hadapan Sang Khaliq, sebagai hamba dihadapan al-Ma’bûd,
Allah SWT. Inilah teladan dari manusia yang dengan semangat tauhid berhasil
merealisasi kecintaan yang tinggi (al-mahabbatul ulya) yaitu
kecintaan kepada Allah, dan saat yang sama menghindarkan diri dari kecintaan
yang rendah (al-mahabbatul adna) terhadap setiap sesuatu yang
bisa menghalanginya untuk taat kepada Allah SWT. Teladan seorang manusia yang
berhasil membuktikan keteguhan dalam menjalankan perintah Allah dan ketegasan
menepis segala bujuk rayu setan yang terkutuk.
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاًّ
اللَّه،ُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ
Ma’asiral muslimin hafizhakumullah
Semangat tauhid yang telah ditunjukkan kepada kita oleh
Nabiyullah Ibrahim as itu, sangatlah relevan dan amat kita perlukan dalam
menjalani kehidupan yang penuh tantangan saat ini. Kehidupan modern yang serba
bendawi, amat mudah membawa kita terjerumus kepada pragmatisme sekuler yang
menjadikan kenikmatan jasmani dan semua yang serba material menjadi fokus dari
capaian hidup tanpa lagi mengindahkan tolok ukur halal dan haram.
Semangat tauhid itu sangat kita perlukan supaya kita berhasil
mewujudkan kecintaan hakiki yang tinggi yakni kecintaan kepada Allah dan
Rasul-Nya yang mewujud dalam sikap tunduk, patuh dan terikat kepada ketentuan
syariah-Nya. Ketundukan, kepatuhan dan keterikatan kita kepada syariah Allah
itu dipastikan akan membawa berkah bagi semua, berbuah cinta Allah kepada kita
dan ampunan dari-Nya atas dosa kita. Allah berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ
فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ
غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah, jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah
aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosamu. Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang” (TQS Ali-Imran [3]: 31).
Maka, di akhir khutbah ini, Khatib ingin menekankan beberapa hal
pokok, yakni:
1. Kisah hidup Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan seluruh prosesi
Haji beserta perayaan Idul Adha sesungguhnya telah memberikan kepada kita
pelajaran yang sangat berharga tentang cinta, ketaatan dan pengorbanan serta
sikap yang harus diambil oleh seorang muslim dalam menjalani hidup ini sesuai
prinsip-prinsip tauhid, yakni keimanan yang penuh kepada Allah SWT.
Dengan tauhid itu, marilah kita tetap teguh memegang ketentuan
halal dan haram, dan di saat yang sama tidak mudah terdorong melakukan
pelanggaran terhadap syariah-Nya. Bila prinsip ini dilanggar, mungkin saja
berbagai macam keinginan dalam hidup kita itu bisa diraih, tapi pasti akan
membawa keburukan, dan pasti juga akan menjauhkan kita dari cinta dan ridha
Allah SWT.
2. Ketaatan pada Allah SWT yang diwujudkan dengan melaksanakan
syariah-Nya secara kaffah dalam kehidupan pribadi, dan juga dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Dengan cara itulah akan terbentuk masyarakat
tauhid dan negara yang berbeda dengan masyarakat dan negara jahiliah. Negara itu
adalah Daulah Khilafah Islamiyyah yang diwajibkan Allah Swt untuk ditegakkan.
Dan ingatlah, bahwa hanya dalam Daulah Khilafah sajalah kerahmatan Islam akan
terwujud dan keridhaan Allah akan didapatkan.
3. Salah satu buah dari tauhid adalah ukhuwah atau persaudaraan
Islam, yakni persaudaraan universal atas dasar keimanan kepada Allah SWT,
sebagaimana tampak dalam berkumpulnya jamaah haji dari seluruh dunia di Tanah
Suci tanpa membedakan ras, suku bangsa, bahasa dan pangkat derajat. Semua hadir
di sana atas dasar, motif, dan dorongan yang sama, juga melakukan manasik haji
dengan cara yang sama. Tapi sayang, persaudaraan universal itu berhenti hanya
sebatas di Tanah Suci. Usai haji, kembali umat Islam terpecah belah ke dalam
lebih dari 50 negara. Persaudaran itu tidak tampak lagi. Umat Islam yang
berjumlah lebih dari 1,5 miliar itu tetap lemah, tidak memiliki kekuatan
sehingga mudah dirusak oleh musuh-musuh Islam. Di sinilah pentingnya perjuangan
untuk tegaknya kembali al-Khilafah al-Islamiyah harus terus digelorakan, karena
hanya khilafah sajalah yang mampu menyatukan kembali umat Islam sebagaimana
pernah terjadi di masa lalu.
4. Perjuangan bagi tegaknya kembali al-Khilafah al-Islamiyah
yang akan menerapkan syariah secara kaffah dan mewujudkan kembali persatuan
umat jelas memerlukan pengorbanan karena tidak ada ketaatan tanpa pengorbanan.
Dengan pengorbanan itu, insya Allah perjuangan yang memang sekilas tampak sulit
itu akan menemukan hasilnya tidak lama lagi di masa mendatang.
Semoga kita termasuk orang yang diberikan kekuatan untuk
istiqamah memperjuangkan tegaknya syariah dan khilafah dalam kehidupan.
Hasbunal-Lâh wa ni’mal wakil nikmal maula wa ni’kman nashiir,
laa haula wala quuwata illa billah. Aquulu qauli hadza wa astaghfirullahal
azhiim lii walakum!
الخطبة الثانية:
اللهُ أكْبَرُ × 7
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ
وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ
الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ
عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ،
لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ اللهُ أكْبَرُ، الله
أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
أَشْهَدُ ألاَّ إِلَهَ إِلاًّ الله وَحْدَه
لاَشَرِيْكَ لَه وأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُه وَرَسُوْلُه لاَ نَبِيَ
بَعْدَهُ. اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ:
اللّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا
وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، أَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا
وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّا مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا
دُعَائَنَا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ
اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا اِنْ نَّسِيْنَآ أَوْ
اَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى
الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ
وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى
الْقَوْمِ الْكَاِفِرِيْنَ
اَللَّهُمَّ يَا مُنْـزِلَ الْكِتَابِ وَمُهْزِمَ
اْلأَحْزَابِ اِهْزِمِ اْليَهُوْدَ وَاَعْوَانَهُمْ وَصَلِيْبِيِّيْنَ
وَاَنْصَارَهُمْ وَرَأْسُمَالِيِّيْنَ وَاِخْوَانَهُمْ وَاِشْتِرَاكِيِّيْنَ
وَشُيُوْعِيِّيْنَ وَاَشْيَاعَهُمْ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ
الْخِلاَفَةِ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ تُعِزُّ بِهَا اْلإِسْلاَمَ وَاَهْلَهُ
وَتُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَاَهْلَهُ، وَ اجْعَلْناَ مِنَ الْعَامِلِيْنَ
الْمُخْلِصِيْنَ بِإِقَامَتِهَا بِإِذْنِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ
الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
اللهُ أَكْبَرْ اللهُ أَكْبَرْ اللهُ أَكْبَرْ
وَللهِ الْحَمْدُ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Silahkan download
RUMAH
SEHAT HOLISTIC
JL.
EMPANG LK. IV BITUNG TIMUR KOTA BITUNG
ZAKIR
HUBULO,S.Sos,M.Pd
HP
: 085240976887
BB
PIN: 28140973
Tidak ada komentar:
Posting Komentar