Sabtu, 18 Desember 2010

Mengukur Cinta Kita Kepada Orang Tua

Sebarkan Tulisan ini :

Ayah dan ibu adalah dua orang yang sangat berjasa kepada kita. lewat keduanyalah kita terlahir di dunia ini. keduanya menjadi sebab seorang anak bisa mencapai surga. do’a mereka ampuh, dan kutukannya juga manjur. Namun betapa banyak sekarang ini kita jumpai anak-anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya. Tidak mau mendengarkan nasehat orang tua, membentak orang tua disaat orang tua menegurnya, kemudian mencaci maki kedua orang tuanya, bahkan ada yang sampai membunuhnya karena tidak memenuhi keinginan mereka.

Mencintai orang tua adalah salah satu bentuk keimanan dan kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya, karena banyak ayat dalam al-Qur’an yang memerintahkan kita untuk berbakti kepada orang tua. Diantaranya:

وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ … 

“Beribadahlah kalian kepada Allah dan janganlah mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua … .” (Qs. An Nisa’ [4] : 36)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat di atas : “Kemudian (setelah menyuruh bertauhid, pent.) Allah subhanahu wa ta'ala memberi wasiat untuk berbuat baik kepada kedua orang tua. Karena Allah menjadikan mereka berdua sebagai sebab keluarnya engkau dari ‘tidak ada’ menjadi ‘ada’. Dan banyak sekali Allah menggandengkan perintah beribadah kepada-Nya dengan berbuat baik kepada kedua orang tua.”

قُلْ تَعَالَوْاْ أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلاَّ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ

“Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kalian oleh Rabb kalian, yaitu janganlah mempersekutukan sesuatu dengan Dia dan berbuat baiklah terhadap kedua orang tua.” (Qs. Al An’am [6] : 151)

Janganlah pernah kita mengukur rasa cinta kita kepada orang tua. Jika dibandingkan dengan apa yang mereka berikan pada kita itu tidak seberapa. Memang ada beberapa diantara kita, suka hitung-hitungan dengan orang tua kita. Misalnya, kala kamu udah jagain adik, kamu suka minta jatah es krim sepulang ibu dari pasar. Apalagi yang berkaitan dengan pekerjaan beres-beres rumah, ujung-ujungnya kita suka minta imbalan uang atau barang lainnya. Malah ada juga di antara teman remaja yang masang “Tarif” duluan sebelum bekerja. Kita bersedia melakukan pekerjaan itu, tapi ada syaratnya: ada uang jajannya sebagai ‘sogokan’. Nah inilah yang perlu kita singkirkan dari benak kita. 

Ada cerita menarik yang berhubungan dengan tema ini dari buku Chicken Soup for the Soul karya Jack Canfield dan Mark Victor Hansen. Dikisahkan ada seorang anak yang menyodorkan selembar kertas berisi tulisan semacam tagihan kepada ibu. Isinya: Memotong rumput 5 dolar, membersihkan kamar 1 dolar, pergi ke toko menggantikan ibu 0.5 dolar, menjaga adik waktu ibunya belanja 0.25 dolar, membuang sampah 1 dolar, untuk rapor yang bagus 5 dolar, dan untuk membersihkan dan menyapu halaman 2.99 dolar. Total utang ibu kepadaku: 14.75 dolar.

Si ibu menatap anaknya lekat-lekat, lalu mengambil bolpen, dan kemudian menulis di balik kertas tersebut. Isinya begini: Untuk sembilan bulan ketika Ibu mengandung kamu selama tumbuh dalam perut Ibu, Gratis. Untuk semua malam ketika Ibu menemani kamu, mengobati kamu, dan mendoakan kamu, Gratis. Untuk semua saat susah, dan semua air mata yang kamu sebabkan selama ini, Gratis. Kalau dijumlahkan semua, harga cinta Ibu adalah Gratis. Untuk semua malam yang dipenuhi rasa takut dan untuk rasa cemas di waktu yang akan datang, Gratis. Untuk mainan, makanan, baju, dan juga menyeka hidungmu, semuanya juga Gratis, anakku. Dan kalau kamu menjumlahkan semuanya, harga cinta sejati Ibu kepadamu juga Gratis.

Setelah itu, si anak berkata kepada ibunya, “Bu, aku sayang sekali sama Ibu.” Dan kemudian si anak mengambil bolpen lalu menuliskan dengan huruf besar dikertas itu: “LUNAS”
Nah, ini sekadar contoh, betapa kita kadangkala suka hitungan-hitungan sama orang tua kita. Kita mogok melakukan perintahnya, hanya karena uang jajan belum masuk kantong kita. 
Lain halnya juga ketika kita menanjak dewasa, kita mulai merasa perintah orang tua sudah gak perlu lagi di dengar. “Ini negara bebas, kita berhak mengatur diri kita sendiri”. Kalimat ini yang selalu muncul dari mulut kita. Sehingga saat orang tua kita menegur kita karena selalu pulang malam, merokok, mabuk-mabukkan, serta pergaulan bebas, dan lainnya. Kita dengan mudahnya membentak dan memarahi orang tua kita. Padahal Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman:

وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (QS al-Israa’ [17]: 23)

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: “Wahai Rabbku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Qs. Al Israa’ : 24)

Penjelasan ini cukup memberikan gambaran betapa pentingnya berbuat baik kepada orang tua. Karena inilah amalan yang sangat dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Bahkan mencintai dan berbuat baik kepada orang tua itu termasuk ciri ketaatan beragama yang benar. Sebagaimana tergambar dalam hadits Nabi Saw dibawah ini.

"Aku bertanya kepada Rasulullah: "Amalan apakah yang dicintai oleh Allah" Beliau menjawab: "Sholat pada waktunya. Aku bertanya lagi: "Kemudian apa" Beliau menjawab: "Berbakti kepada kedua orang tua". Aku bertanya lagi: "Kemudian apa" Beliau menjawab: "Jihad dijalan Allah". (HR. Bukhari dan Muslim).

Semoga kita tergolong anak-anak yang berbakti kepada Orang Tua. Amin. Wallahu a'lam bishshawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar