KHUTBAH IDUL FITRI 1433 H /2012
“ Implementasi
Nilai Puasa dalam Mewujudkan Hakikat Ketaqwaan Pasca Ramadahan"
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
وَبَرَكَاتُهُ
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكبَرْ (3×)
الله أَكْبَرُ كَبِيْرًا, وَالحَمْدُ لِلّهِكَثِيْراً, وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةًوَأَصِيْلاَ, لاَإِلهَ إِلاَّالله وَحْدَهُصَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُوَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَوَحْدَهُ. لَاإِلهَ إِلاَّالله وَلاَ نَعْبُدُإِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَوَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَالكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ.الحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَأَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِياَفَةً لِعِباَدِهِالصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَإِلاَّالله لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَالجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ. وَأَشْهَدُ أَنَّسَيِّدَناَ وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُوَرَسُوْلُهُ االداَّعِيْ إِلىَالصِّراَطِ المُسْتَقِيْمِ . اللَّهُمَّصَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَسَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِوَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْبِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَماَّبَعْدُ: فَيَااَيُّهَا الْعَائِدُوْنَوَالْفَائِزُوْنَ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْبِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ.وَاتَّقُوْا الله حَقَّ تُقاَتِهِوَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَوَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِالْكَرِيْمِ:
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى
مَاهَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ. صدق الله العظيم.
Allahu
Akbar 3x Walillahilhamdu.
Hadirin Jama’ah Shalat‘Idul
Fitri Rahimakumullah.
Puji dan syukur marilah kita
panjatkan ke hadirat Allah SWT, Sholawat beserta salam semoga tercurah kepada
junjungan kita Baginda yang Mulia Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat
dan para pengikutnya, termasuk kita semua yang hadir di tempat yang mulia
ini.
Di pagi yang berbahagia ini,
Gema takbir, tahlil dan tahmid dilantunkan di seluruh penjuru dunia, menyambut
kemenangan besar, kembalinya fitrah insani, kembalinya fitrah Islami, fitrah
Tauhid, yakni penyembahan dan ibadah kepada Allah semata, Laa ilaha illa Allah
huw Allahu Akbar, Allahu Akbar walil Laahil Hamd.
Mari kita lantunan gema takbir
itu dari jiwa tauhid kita, jiwa taubat kita, jiwa khusyuk kita, jiwa harap kita
yang total kepada Allah semata, sehingga Allah sudi membuka pintu Ampunan-Nya,
pintu Rahmat-Nya, pintu Surga-Nya dan pintu Ridho-Nya kepada kita, dan
menyempurnakan kekurangan-kekurangan Ibadah kita selama sebulan penuh, yang
mungkin kita isi dengan kelalaian jiwa, riya, ujub, takabur, ghibah, dan
berbagai kemaksiatan lainnya, baik yang kita sadari maupun tidak. “ Robbana
taqobbal minna shiyamana, wa rukuana, wa sujudana, wa tadhoruana, wa tammim
taqsiron ya Robbal Alamin....”
Allahu
Akbar 3x Walillahilhamdu.
Hadirin Jama’ah Shalat‘Idul
Fitri Rahimakumullah.
Kenikmatan demi kenikmatan
telah kita rasakan, hingga Allah
menghantarkan kita pada hari ini, Hari Raya ‘Idul Fitri 1 Syawal 1433 H.
Sungguh ramadhan yang baru saja berlalu memberikan kebahagiaan tersendiri bagi
kita, hal ini karena ibadah Ramadhan merupakan sarana-sarana mewujudkan
ketakwaan yang hakiki, sarana untuk memperbaiki diri, sehingga di akhir
Ramadhan kita menjadi pribadi-pribadi yang unggul dan lebih baik, menjadi
pribadi-pribadi yang bertakwa, memiliki moralitas / akhlak yang
baik, dan menjadi pribadi-pribadi yang kembali kepada fitrahnya, sebagaimana
tersurat secara eksplisit didalam firmannya“la’allakum tattaqun” agar
kita menjadi pribadi-pribadi yang bertaqwa.
Tetapi, akan sangat
disayangkan apabila nilai-nilai positif ini berakhir bersamaan dengan
berakhirnya musim ketaatan ini. Adalah hal yang aneh pula, jika seorang muslim
yang begitu khusyu' dan bergairah melaksanakan amalan-amalan mulia di bulan
yang penuh berkah ini, lantas setelah Ramadhan ia kembali melakukan hal-hal
yang bertentangan dengan nilai-nilai ketakwaan yang telah ia semai selama
rentan waktu sebulan penuh.
Allahu
Akbar 3x Walillahilhamdu.
Hadirin Jama’ah Shalat‘Idul
Fitri Rahimakumullah.
Agar pencapaian peningkatan
taqwa bisa kita raih dan dapat kita buktikan dalam kehidupan sehari-hari,
menjadi penting bagi kita memahami hakikat taqwa yang sesungguhnya. Dalam
bukunya Ahlur Rahmah, Syekh Thaha Abdullah al Afifi mengutip
ungkapan sahabat Nabi Muhammad saw yakni Ali bin Abi Thalib ra tentang
taqwa, yaitu:
الْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ وَالْعَمَلُ
بِالتَّنْزِيْلِ وَاْلإِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ وَالرِّضَا
بِالْقَلِيْلِ
“ Takut kepada Allah yang Maha
Mulia, mengamalkan apa yang termuat dalam at tanzil (Al-Qur’an), mempersiapkan
diri untuk hari meninggalkan dunia dan ridha (puas) dengan hidup seadanya
(sedikit)”
Allahu
Akbar 3x Walillahilhamdu.
Hadirin Jama’ah Shalat‘Idul
Fitri Rahimakumullah.
Dari ungkapan di atas, ada
empat hakikat taqwa yang harus ada pada diri kita masing-masing dan ini bisa
menjadi tolok ukur keberhasilan ibadah Ramadhan kita dan harus senantiasa kita
implementasikan nilainya dalam kehidupan.
Pertama, الْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ Takut
Kepada Allah. Salah satu sikap yang harus kita miliki adalah rasa
takut kepada Allah swt. Takut kepada Allah bukanlah seperti kita takut kepada
binatang buas yang menyebabkan kita harus menjauhinya, tapi takut kepada Allah
swt adalah takut kepada murka, siksa dan azab-Nya sehingga hal-hal yang bisa
mendatangkan murka, siksa dan azab Allah swt harus kita jauhi.
Sedangkan Allah swt sendiri harus kita dekati, inilah yang disebut
dengan taqarrub ilallah(mendekatkan
diri kepada Allah).
Karena
itu, orang yang takut kepada Allah swt tidak akan melakukan penyimpangan dari
segala ketentuan-Nya, jikapun berbuat salah, dia
segera bertaubat kepada Allah swt dan meminta maaf kepada orang yang dia
bersalah kepadanya, bahkan bila ada hak orang lain yang diambilnya, maka dia
mau mengembalikannya.
Allahu
Akbar 3x Walillahilhamdu.
Hadirin Jama’ah Shalat‘Idul
Fitri Rahimakumullah.
Hakikat taqwa yang Kedua kata Ali bin Abi Thalib adalah وَالْعَمَلُ بِالتَّنْزِيْلِ Beramal Berdasarkan Wahyu. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah swt untuk menjadi
petunjuk bagi manusia agar bisa bertaqwa kepada-Nya. Karena itu, orang yang
bertaqwa akan selalu beramal atau melakukan sesuatu berdasarkan wahyu yang
diturunkan oleh Allah swt, termasuk wahyu adalah hadits atau sunnah Rasulullah
saw karena ucapan dan prilaku Nabi memang didasari oleh wahyu.
Dengan
kata lain, seseorang disebut bertaqwa bila melaksanakan perintah Allah swt dan
menjauhi larangan-Nya.
Dalam
konteks inilah, menjadi amat penting bagi kita untuk selalu mengkaji al-Quran
dan al Hadits, sebab bagaimana mungkin kita akan beramal sesuai dengannya, bila
memahaminya saja tidak dan bagaimana pula kita bisa memahami bila membaca dan
mengkajinya pun tidak.
Allahu
Akbar 3x Walillahilhamdu.
Hadirin Jama’ah Shalat‘Idul
Fitri Rahimakumullah.
Hakikat taqwa yang Ketiga menurut Ali
bin Abi Thalib ra yang harus kita hasilkan dari ibadah Ramadhan kita
adalah وَاْلإِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ Mempersiapkan
Diri Untuk Akhirat. Mati
merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada setiap orang. Keyakinan kita menunjukkan bahwa mati bukanlah akhir dari
segalanya, tapi mati justeru awal dari kehidupan baru, yakni kehidupan akhirat yang enak dan tidaknya
sangat tergantung pada keimanan dan amal shaleh seseorang dalam kehidupan di
dunia ini.
Karena itu, orang yang bertaqwa akan selalu mempersiapkan
dirinya dalam kehidupan di dunia ini untuk kebahagiaan kehidupan di akhirat.
Harus
kita akui banyak diantara kita yang merasa ajal itu masih lama menghampiri
sehingga tidak muncul amal shaleh, baik sebagai pribadi, keluarga,
masyarakat maupun
organisasi sosial dan politik, keluhan kita adalah tidak punya waktu dan
kekurangan waktu. karena itu Allah swt mengingatkan kita semua:
( `yJsù tb%x. (#qã_öt uä!$s)Ï9 ¾ÏmÎn/u ö@yJ÷èuù=sù WxuKtã $[sÎ=»|¹ wur õ8Îô³ç Íoy$t7ÏèÎ/ ÿ¾ÏmÎn/u #Jtnr& ÇÊÊÉÈ
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan
seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya" (QS Al Kahfi:110).
Allahu
Akbar 3x Walillahilhamdu.
Hadirin Jama’ah Shalat‘Idul
Fitri Rahimakumullah.
Hakikat taqwa yang Keempat menurut Ali bin Abi Thalib adalah وَالرِّضَا بِالْقَلِيْلِ Ridha Meskipun dengan hidup Seadanya. Setiap kita pasti ingin mendapat sesuatu khususnya harta
dalam jumlah yang banyak sehingga bisa mencukupi diri dan keluarga serta bisa
berbagi kepada orang lain.
Namun
keinginan tidak selalu sejalan dengan kenyataan, ada saat dimana kita
mendapatkan banyak, tapi pada saat lain kita mendapatkan sedikit, bahkan sangat
sedikit dan tidak cukup. Orang yang bertaqwa selalu ridha dan menerima apa yang
diperolehnya meskipun jumlahnya sedikit, inilah yang disebut dengan qana’ah,
sedangkan kekurangan dari apa yang diharapkan bisa dicari lagi dengan penuh
kesungguhan dan cara yang halal.
Sikap menerima membuat kita bisa bersyukur, Dan bersyukur
membuat kita akan memperoleh rizki dalam jumlah yang lebih banyak, bahkan bila
jumlahnya belum juga lebih banyak, rasa syukur membuat kita bisa merasakan
sesuatu yang sedikit terasa seperti banyak sehingga yang merasakan manfaatnya
tidak hanya kita dan keluarga tapi juga orang lain.
Demikanlah hakikat ketaqwaan yang harus tercermin dalam
pribadi kita sebagai hamba-hamba yang berhasil mengarungi romadhan nan suci.
Allahu
Akbar 3x Walillahilhamdu.
Hadirin Jama’ah Shalat‘Idul
Fitri Rahimakumullah.
Muslim
yang sadar akan makna Ramadhan adalah yang akan terus memelihara interaksinya
dengan Allah Ta'ala dengan mengimplementasikan nilai-nilai
kebajikan meskipun ia telah tamat dari Madrasah Ramadhaniyah. Ia sangat yakin
bahwa esensi ketakwaan seharusnya dapat tetap disemai dan ditumbuhsuburkan pada
kurang lebih 330 hari pasca Ramadhan. Ia adalah sosok yang tetap istiqomah
berusaha untuk shaleh terhadap dirinya dan kepada sesama, bahkan kepada makhluk
yang lain, meskipun tidak diiming-imingi dengan ganjaran pahala yang belipat
ganda seperti dalam Ramadhan.
Dalam konteks mengimplementasikan nilai puasa dalam upaya
mewujudkan dan mempertahankan ketaqwaan pasca ramadhan itu, menurut
DR. Muhammad Nasih Ulwan, dalam kitabnya Ruuhiyah
ad-Daa’iyah, setidaknya ada lima prinsip yang dapat kita
lakukan dalam merefleksikan nilai puasa sebagai sarana untuk
memaksimalkan potensi ketaqwaan pasca Ramadhan:
Pertama, prinsip Al-Mu’ahadah, yaitu
ingat pada perjanjian. Sadar atau tidak, manusia sebenarnya sudah berjanji
kepada Allah sejak dalam kandungan untuk mengakui-Nya sebagai Tuhan, yang
dengan janji itu konsekuensinya manusia harus tunduk kepada Allah
swt.
قُلْ إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْوَمَحْياَيَ وَمَمَاتِيْ للهِ رَبِّالعَالَمِيْنَ (الأنعام:
161)
“Katakanlah,
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan
semesta alam. (Al-An’am: 161)
Dengan
demikian, setiap kita sudah berjanji untuk menjalankan kehidupan ini dengan
nilai ibadah kepada Allah
swt. Kalau tugas kita hanya satu yakni ibadah,
bukan berarti yang kita kerjakan hanya shalat, wirid, zikir, dan sejenisnya,
melainkan seluruh perbuatan yang kita lakukandari bangun tidur di pagi hari hingga tidur lagi di
malam hari, semua harus bernilai ibadah,
sebagaimana yang kita kerjakan di bulan Ramadhan.
Prinsip kedua yang harus kita tempuh untuk
bisa mengokohkan dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt sebagai
implementasi nilai puasa dalam mewujudkan hakikat takwa pasca ramadhan itu
adalah prinsip Al-Muraqabah, yaitu merasa
dekat kepada Allah swt. Hal itu perlu dilakukan oleh seorang muslim karena
dengan merasa dekat kepada Allah, seseorang selalu merasa di awasi oleh Allah
yang membuatnya selalu berpikir sebelum berbuat dan tidak berani menyimpang
dari jalan Allah, sebagaimana hal ini kita lakukan dibulan Ramdhan. Sikap Al-Muraqabah memang
mutlak harus kita lakukan, mengingat Allah swt. sebenarnya sudah dekat, hanya
kita yang merasa jauh dengan Allah. Allah berfirman:
... وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَاكُنْتُمْ،وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ(الحديد:
4)
“...Dan
Dia (Allah) bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan.” (Al-Hadiid: 4)
Allahu
Akbar 3x Walillahilhamdu.
Hadirin Jama’ah Shalat‘Idul
Fitri Rahimakumullah.
Prinsip ketiga yang harus dilakukan
untuk meningkatkan dan mengkokohkan ketakwaan adalah dengan melakukan apa yang
disebut denganAl-Muhasabah atau menghitung-hitung diri, introspeksi
diri yang juga merupakan suatu keharusan bagi setiap muslim. Apalagi kelak
setiap amal manusia akan dihisab oleh Allah swt. dan sebelum itu manusia harus
menghisab sendiri amal-amalnya agar dia tahu apakah selama ini dia lebih banyak
beramal saleh atau beramal yang salah. Sahabat Nabi, Umar bin Khathab pernah
mengingatkan hal itu dalam satu ungkapannya,
حَاسِبُوْا اَنْفُسَكُمْ قَبْلَ اَنْ
تُحَاسِبُوْا
“Hisablah
diri kalian sebelum kalian dihisab (di hari Kiamat)”
Oleh
karena itu, ada baiknya seorang muslim melakukan muhasabah atau introspeksi
setiap harinya, misalnya menjelang tidur, dia perlu merenungi perjalanan
hidupnya hari itu agar dia meningkatkan kualitas hidupnya pada hari esok. Allah
swt. berfirman,
يَأَيُهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَوَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ،وَاتَّقُوْا اللهَ، إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَاتَعْمَلُوْنَ (الحشِر:
18)
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah di perbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Al-Hasyr: 18).
Allahu
Akbar 3x Walillahilhamdu.
Hadirin Jama’ah Shalat‘Idul
Fitri Rahimakumullah.
Prinsip yang Keempat,diantara yang harus kita lakukan
untuk meningkatkan dan mengokohkan ketakwaan sebagai implementasi nilai puasa
pasca Ramadhan adalahdengan Al- Mu’aqabahyaitu memberikan
sangsi atau menghukum dirinya sendiri bila tidak melakukan hal-hal yang
semestinya dilakukan, apalagi jika sampai melakukan maksiat.Perlunya
sangsi ini diberlakukan pada diri seseorang muslim, karena akan membatasi
jangan sampai mempermudah terlanggarnya kesalahan- kesalahan yang lain.
Dan Prinsip yang kelima, diantara yang harus
kita lakukan untuk meningkatkan dan mengokohkan ketakwaan sebagai implementasi
nilai puasa pasca Ramadhan adalah dengan melakukan apa yang disebut
dengan Al-Mujahadah yang artinya ‘bersungguh-sungguh’
dalam menjalankan ajaran Islam. Hal ini karena Islam memang harus
dilaksanakan dengan penuh kesungguhan. Tanpa kesungguhan, sangat sulit
seseorang untuk bisa melaksanakan ajaran Islam. Shalat lima waktu menuntut
adanya kesungguhan,demikian juga puasa zakatdan infak sedekah. Apabila seseorang memiliki
kesungguhan, meskipun nantinya Allah akan memberikan kemudahan baginya dalam
menghadapi kesulitan itu. Allah berfirman,
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فَيْناَ لَنَهْدِيَنَّهُمْسُبُلَناَ، وَإِنَّ اللهَ لَمَعَالْمُحْسِنِيْن (الأنكبوت:
69)
“Dan
orang-orang yang berjihad (bersunggu-sungguh
) untuk
(mencari keridhaan)
Kami, benar-benar Kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat baik” (Al-Ankabuut:
69).
Dengan
demikian, ketakwaan kepada Allah harus kita mantapkan terus karena dengan
demikian seorang muslim akan memperoleh kebahagiaan yang hakiki di dunia maupun
di akhirat.
Allahu
Akbar 3x Walillahilhamdu.
Hadirin Jama’ah Shalat‘Idul
Fitri Rahimakumullah.
Akhirnya marilah kita jadikan momen idul fitri ini
sebagai langkah awal kita untuk mengimplementasikan nilai nilai yang terkandung
dalam ibadah puasa yang sudah kita kerjakan, terutama dalam upaya mewujudkan
hakikat ketaqwaan selama sebelas bulan kedepan, sampai kepada bulan ramadhan
yang akan datang.
Demikianlah khutbah singkat ini mudah-mudahan dapat
bermanfaat bagi kita semua yang hadir disini, semoga kita senantiasa mendapat
pertolongan Allah untuk dapat melaksanakannya sehingga dapat tetap istiqomah
dalam ketaatan dan kataqwaan. Amiin ya Robbal ‘alamiin...
Untuk Khutbah Kedua silahkan disesuaikan.....!
Download khutbah disini